Gambar : Kr Jogja |
Jogjaterkini.id - Sebuah baliho besar dengan nuansa dukungan untuk Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, terpampang di Jalan Pasar Kembang (Sarkem). Baliho ini mengusung tagline 'Kota Yogyakarta Bareng Singgih', menampilkan gambar Singgih Raharjo mengenakan kaus abu-abu dengan simbol YK (city branding Kota Yogyakarta) di dadanya, sambil menunggangi sepeda.
Baliho tersebut diinisiasi oleh Jaringan Pesepeda YK yang mendukung Singgih sebagai calon Wali Kota Yogyakarta pada Pilkada 2024. "Kami dukung pemimpin pesepeda. Bisa merasakan udara Kota Yogyakarta dengan nyata. Dari kami, Jaringan Pesepeda YK," demikian tertulis dalam baliho.
Saat dikonfirmasi mengenai baliho ini, Singgih Raharjo mengaku tidak mengetahui asal-muasal pemasangannya. "Saya, kan, juga pesepeda. Kemarin kita sempat ngobrol-ngobrol, rerasan, mereka bilang 'cocok loh, Pak (maju Pilkada)', ya saya (jawab) coba lihat nanti. Tapi, saya malah belum tahu kalau ada itu (baliho)," jelasnya.
Meskipun demikian, Singgih mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Jaringan Pesepeda YK. Ia menyadari bahwa sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), ia harus berhati-hati dalam menanggapi dukungan ini karena harus pensiun dini jika ingin maju dalam Pilkada. "Itu kan aspirasi dari teman-teman, bentuk dukungan ke saya. Kalau saya meresponsnya, ya terimakasih atas dukungan dan harapannya," katanya. "Pada saatnya, kalau memang harus pensiun (dini), saya siap, ya, pada saat yang tepat," tambah mantan Penjabat Wali Kota Yogyakarta tersebut.
Sugeng Priyanto, perwakilan dari Jaringan Pesepeda YK, mengungkapkan bahwa Singgih Raharjo sangat konsen terhadap pengembangan sport tourism di Kota Yogyakarta. "Beliau goweser yang bukan sekadar pencitraan, karena dari dulu memang suka gowes. Acara dimana saja, beliau ini pasti hadir, kemudian suka lari juga," ujarnya.
Menurut Sugeng, kebiasaan bersepeda Singgih memberikan perspektif yang unik dalam memahami kondisi Kota Yogyakarta.
"Seorang goweser lebih memahami kotanya. Kalau dia sering gowes, sering lari, pasti lebih melihat fenomena kotanya, dengan kondisi sampah seperti ini, lalu kesemrawutan lalu lintas," katanya. Sugeng menambahkan bahwa perspektif ini sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin dalam menyelesaikan beragam problematika di daerahnya. "Itu beda dengan yang lain, yang melihat situasi Kota Yogyakarta dari dalam mobil, pasti beda, karena tidak akan mencium bau sampah," urainya.
Sumber : Tribun Jogja