Wasijan (55) saat saat membersihkan telur bebek di rumahnya (Ist) |
Jogjaterkini.id - Siapa sangka, Wasijan (55), seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dari Kelurahan Purbayan, Kemantren Kotagede, Kota Yogyakarta, mampu mengubah hidupnya dengan merintis usaha produksi telur asin. Bersama keponakannya, Hesti Kriswianti, mereka kini mampu memproduksi hingga 60 butir telur asin setiap harinya, menghasilkan omzet hingga Rp 5,9 juta per bulan.
Hesti, yang merupakan caregiver Wasijan, awalnya mendapatkan pelatihan wirausaha dari Puskesmas Kotagede 1. Dengan semangat, ia memanfaatkan modal awal sebesar Rp 250.000 yang diberikan puskesmas tersebut. "Saya sangat semangat. Sampai tabungan juga saya buat modal," ujar Hesti.
Meskipun produksi telur asin ini bukanlah usaha pertama yang dicobanya—Hesti sebelumnya mencoba beternak lele—usaha telur asin terbukti lebih cocok. Dengan bantuan Wasijan, Hesti terus mengembangkan keterampilannya, hingga akhirnya mereka berhasil menjalankan usaha ini secara konsisten.
Proses produksi telur asin ini memerlukan ketelitian. Telur bebek mentah dicuci, dibalut tanah liat yang dicampur garam, lalu disusun dalam galon bekas untuk diasinkan selama 1 hingga 10 hari, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan. Dengan harga jual per butir Rp 3.300, telur asin buatan Hesti telah merambah ke berbagai acara seperti pernikahan dan hajatan. Bahkan telur yang pecah, tetapi masih mentah, dijual dengan harga Rp 2.500.
Meskipun begitu, usaha ini tidak lepas dari tantangan. Hesti mengakui pernah mengalami masa-masa sulit ketika hasil produknya terlalu asin sehingga mendapat keluhan dari konsumen. Namun, dukungan keluarga dan kerabat membuatnya terus bersemangat. "Sempat ada yang komplain karena telurnya keasinan dan sempat patah semangat, tapi ada saudara dan keluarga menyemangati saya," ungkap Hesti.
Peran Puskesmas Kotagede 1 tidak hanya sebatas pelatihan wirausaha. Wasijan, yang didiagnosis menderita skizofrenia undiferensiasi, juga terus dipantau kesehatannya. Menurut Arif Sulistiyanto, Perawat Penyelia Program Kesehatan Jiwa Puskesmas Kotagede 1, pemberdayaan caregiver dan klien ODGJ seperti Wasijan merupakan bagian dari inovasi bernama Sekolah Sewaktu (Sehat Jiwa Kotagede 1). Program ini bertujuan membantu keluarga klien ODGJ agar lebih mandiri secara ekonomi.
Dengan perhatian dan dukungan berbagai pihak, Arif berharap usaha produksi telur asin milik Hesti dan Wasijan dapat terus berkembang. Bahkan, ia berencana menjalin kerja sama dengan program Nglarisi Pemkot Jogja agar produk mereka dapat lebih dikenal dan mendukung perekonomian keluarga. "Dengan Forkopimtren membeli produk mereka, maka eksistensi usaha telur asin dapat terjamin dan harapannya dapat membantu perekonomian keluarga," pungkas Arif.
Dukungan berkelanjutan terhadap inisiatif seperti ini tidak hanya penting bagi pertumbuhan ekonomi lokal, tetapi juga untuk memperkuat upaya pemulihan kesehatan mental para klien ODGJ.
Sumber : Harian Jogja