Jogjaterkini.id– Manchester United kembali menjadi sorotan setelah manajemen klub secara terbuka mengisyaratkan kemungkinan melepas hampir seluruh pemainnya di bursa transfer musim panas 2025. Kebijakan ini muncul setelah kegagalan finis di papan atas Premier League dan kekalahan menyakitkan dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa musim 2024/2025.
Lebih dari sekadar keputusan teknis, langkah drastis ini mencerminkan urgensi finansial klub yang kehilangan potensi pemasukan hingga £100 juta akibat absen di Liga Champions. Dengan kas transfer yang terbatas, pembukaan penawaran bagi hampir semua pemain menjadi langkah tak terelakkan.
Semua Pemain untuk Dijual: Risiko atau Kalkulasi?
Yang paling mencolok dari kebijakan ini adalah inklusi nama-nama besar seperti Bruno Fernandes, Alejandro Garnacho, hingga Rasmus Hojlund. Fernandes, kapten tim sekaligus pengatur permainan utama, dipatok harga £90 juta. Sementara itu, Garnacho yang disebut-sebut sebagai masa depan klub, dibuka dengan harga sekitar £65 juta dan telah menarik minat dari Chelsea.
Kebijakan "siap jual" juga menyasar pemain muda dan senior lainnya seperti Rashford, Sancho, hingga Antony. Nilai jual Rashford disebut mencapai £40 juta, Antony di angka minimum £32,5 juta, dan Sancho bisa ditebus dengan klausul £25 juta. Bahkan nama-nama seperti Casemiro dan Andre Onana yang baru direkrut dalam dua musim terakhir juga masuk daftar, masing-masing dihargai £25 juta dan £20 juta.
Kontrak Habis, Pemain Pergi Gratis
Yang lebih mencemaskan adalah deretan pemain senior seperti Victor Lindelof, Christian Eriksen, Jonny Evans, dan Tom Heaton yang kontraknya akan habis musim panas ini. Keempatnya berpeluang hengkang secara gratis, menambah daftar kepergian yang bisa berdampak pada stabilitas skuad.
Bahkan Amad Diallo dan Leny Yoro, yang selama ini digadang sebagai bagian dari proyek jangka panjang klub, tidak lagi dipertahankan mati-matian. Keduanya bisa meninggalkan Old Trafford jika ada tawaran yang sesuai.
Apa Makna dari Kebijakan Ini?
Daripada sekadar dianggap panik atau reaktif, langkah ini sejatinya mencerminkan perubahan paradigma klub di bawah tekanan ekonomi. MU tampaknya berusaha merestrukturisasi neraca keuangan sambil membuka ruang bagi proyek baru yang lebih berkelanjutan, terutama jika benar bahwa investor baru seperti Sheikh Jassim kembali menunjukkan minat untuk mengambil alih klub.
Namun, pertanyaan besarnya adalah: apakah langkah ini akan membawa efek jangka panjang yang positif, atau justru memperparah krisis identitas yang belakangan menggerogoti tubuh Setan Merah?
Bursa Transfer Jadi Penentu Masa Depan MU
Dengan pembukaan penawaran untuk hampir seluruh pemain, Manchester United berpeluang meraup dana segar yang bisa digunakan untuk membangun skuad baru yang lebih sesuai dengan visi pelatih dan arah manajemen baru. Namun jika tidak dilakukan dengan cermat, langkah ini bisa meninggalkan lubang besar dalam struktur tim, baik secara teknis maupun psikologis.
Bursa transfer musim panas ini tak hanya akan menjadi ajang jual beli pemain, melainkan juga momen krusial yang menentukan arah masa depan Manchester United apakah mereka akan bangkit sebagai kekuatan baru, atau makin tenggelam dalam bayang-bayang kejayaan masa lalu.