Jogjaterkini.id - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menegaskan posisinya sebagai magnet wisata budaya dan sejarah dengan hadirnya destinasi bernuansa sinematik, Desa Wisata Gamplong. Terletak di Kecamatan Moyudan, Sleman, desa ini semakin dikenal luas berkat keunikan konsepnya yang kerap disebut sebagai “Mini Hollywood” Jogja.
Dari Lokasi Syuting ke Destinasi Edukasi Budaya
Awalnya, Gamplong hanyalah sebuah kawasan tenun tradisional yang sudah bertahan sejak era 1950-an. Transformasi besar terjadi ketika kawasan ini dipilih menjadi lokasi pengambilan gambar film kolosal “Sultan Agung” yang disutradarai Hanung Bramantyo. Sejak itu, Gamplong Studio Alam tumbuh menjadi destinasi wisata yang merangkum unsur edukasi, sejarah, dan kreativitas sinematografi.
Bangunan replika Keraton Mataram, rumah-rumah Jawa kuno, hingga kampung tempo dulu yang masih berdiri menjadi saksi bisu proses pembuatan film-film berlatar masa lampau. Suasana ala abad ke-16 ini menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi berada di tengah set film.
Menapaki Jejak “Bumi Manusia”
Tak hanya berfungsi sebagai studio, Desa Wisata Gamplong juga menyimpan nilai sastra yang kental melalui Museum Bumi Manusia. Museum ini merupakan perwujudan nyata rumah Nyai Ontosoroh dan Annelies Mellema, tokoh utama dalam novel mahakarya Pramoedya Ananta Toer.
Pengunjung diajak menelusuri ruang demi ruang sembari mendalami konteks sosial yang diangkat dalam kisah cinta dan perjuangan di masa kolonial tersebut. Kehadiran museum ini semakin memperkaya pengalaman edukasi budaya yang ditawarkan Desa Wisata Gamplong.
Mengenal Industri Tenun Warisan Leluhur
Selain keunikan sinematiknya, Gamplong juga terkenal dengan industri tenun tradisional. Beberapa rumah penduduk masih mempertahankan aktivitas menenun secara manual. Wisatawan pun dapat belajar secara langsung cara menenun kain tradisional, sekaligus berinteraksi dengan para perajin lokal.
Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk tidak sekadar berlibur, tetapi juga terlibat dalam pelestarian budaya. Bagi yang ingin merasakan suasana desa lebih dalam, tersedia opsi menginap di homestay bergaya rumah tradisional.
Surga Foto Instagramable dan Fasilitas Lengkap
Dengan tiket kontribusi sukarela hingga paket all-in seharga Rp50.000, pengunjung dapat menikmati berbagai spot foto tematik berlatar bangunan era Mataram, kereta tua, hingga galeri antik. Tidak ketinggalan, kendaraan jeep dapat disewa untuk menjelajah area studio dengan sensasi berbeda.
Fasilitas penunjang seperti area parkir, warung makan, toilet, toko suvenir, dan kereta wisata tersedia untuk kenyamanan wisatawan. Dengan jam operasional mulai pukul 12.30 hingga 17.00 WIB, Gamplong Studio Alam mampu menjadi destinasi ideal di sela padatnya jadwal berlibur di Yogyakarta.
Destinasi Sekitar yang Tak Kalah Menarik
Menambah daftar aktivitas, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke Polaman River Tubing yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer. Aktivitas arung sungai yang memacu adrenalin ini cocok bagi pengunjung yang ingin merasakan nuansa alam pedesaan sambil bertualang.
Tak jauh dari sana, Goa Payaman menawarkan penjelajahan ke lorong-lorong goa yang dulunya menjadi lokasi persembunyian prajurit Majapahit. Sementara itu, Batu Tumpuk Kedung Watu Brongkol menyuguhkan keindahan susunan batu alam unik yang menjadi latar sempurna untuk berfoto.
Menjaga Kelestarian, Menikmati Kenangan
Keberadaan Desa Wisata Gamplong menjadi bukti bagaimana kearifan lokal dan kreativitas dapat berpadu menghasilkan destinasi wisata edukasi yang berkelanjutan. Para pengunjung diharapkan tetap menjaga kebersihan dan menghargai nilai budaya agar keindahan Gamplong tetap lestari bagi generasi mendatang.
Bagi Anda yang merencanakan liburan ke Yogyakarta, sempatkan mampir ke Desa Wisata Gamplong. Rasakan sensasi berjalan di antara bangunan tempo dulu, belajar menenun, hingga menapak jejak film legendaris—semuanya dalam satu kunjungan berkesan.