TSMlBUA7TprpTUG5BSGlTfA7GA==

9 Oleh-Oleh Khas Jogja yang Tahan Lama dan Sarat Cerita Budaya

 

9 Oleh-Oleh Khas Jogja yang Tahan Lama dan Sarat Cerita Budaya


Jogjaterkini.id - Berlibur ke Yogyakarta rasanya belum lengkap tanpa membawa pulang oleh-oleh khasnya. Kota Gudeg ini memang selalu punya cara memanjakan wisatawan tidak hanya lewat wisata sejarah dan budaya, tapi juga lewat kuliner yang menggoda dan sarat makna tradisi.

Menariknya, banyak oleh-oleh dari Jogja yang kini dikemas secara modern tanpa meninggalkan cita rasa aslinya. Dari camilan ekstrem seperti belalang goreng, hingga minuman herbal berkhasiat wedang uwuh, semua menghadirkan keunikan yang sulit ditemukan di daerah lain.

Beberapa di antaranya bahkan sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan betapa kuatnya nilai budaya di balik tiap gigitan.

Berikut deretan oleh-oleh khas Jogja yang bukan hanya lezat dan tahan lama, tapi juga membawa kisah menarik dari setiap daerah asalnya.

1. Walang Goreng Gunungkidul, Camilan Ekstrem yang Jadi Ikon

Dari Kabupaten Gunungkidul, ada camilan legendaris yang selalu menarik perhatian wisatawan: walang goreng. Terbuat dari belalang yang digoreng kering dan dibumbui rempah, kudapan ini menghadirkan cita rasa gurih dan renyah sekaligus kaya protein.

Awalnya, masyarakat Gunungkidul mengolah belalang karena dianggap hama pertanian. Namun seiring waktu, olahan ini justru menjadi simbol kearifan lokal dan telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda DIY sejak 2013.
Meski unik, wisatawan disarankan berhati-hati jika memiliki alergi protein hewani tertentu sebelum mencobanya.

2. Peyek Tumpuk Bantul, Renyahnya Legendaris Sejak 1960

Kalau biasanya peyek berbentuk tipis dan lebar, Bantul punya versi berbeda: peyek tumpuk. Camilan berbentuk bulat ini digoreng hingga tiga kali sehingga menghasilkan tekstur garing meski tebal.

Peyek tumpuk pertama kali dibuat oleh Yu Tum pada 1960 dan kini menjadi ikon oleh-oleh khas Bantul. Produk ini bahkan telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda DIY sejak 2016.
Daya tahannya lama dan tetap renyah meski disimpan berhari-hari, cocok dibawa pulang untuk keluarga di luar kota.

3. Keripik Belut Godean, Kelezatan Gurih dari Sleman

Dari Sleman, ada keripik belut Godean yang populer sejak 1980-an. Makanan ini berasal dari ide sederhana warga yang ingin mengolah belut menjadi camilan bernilai ekonomi tinggi.

Kini, keripik belut hadir dalam berbagai varian rasa, mulai dari original hingga balado dan barbeque. Namun, rasa klasik tetap jadi favorit karena mempertahankan cita rasa asli daging belut.
Camilan ini tahan lama, ringan, dan mudah dibawa ideal untuk wisatawan yang ingin membawa pulang cita rasa khas Sleman.

4. Gudeg Kaleng, Ikon Abadi Rasa Jogja

Tak lengkap rasanya ke Jogja tanpa membawa gudeg, makanan berbahan nangka muda dengan cita rasa manis gurih khas. Kini, gudeg hadir dalam bentuk kaleng yang tahan hingga satu tahun tanpa mengubah kelezatannya.

Beberapa merek legendaris seperti Gudeg Bu Tjitro dan Gudeg Yu Djum sudah dikenal hingga mancanegara. Gudeg kaleng praktis dibawa, tinggal dipanaskan, dan bisa dinikmati kapan saja.

5. Oseng Mercon Kaleng, Pedasnya Meledak di Lidah

Untuk pecinta pedas, oseng mercon kaleng wajib masuk daftar belanja. Hidangan berbahan kikil dan tetelan sapi ini dimasak dengan cabai rawit melimpah, menghasilkan rasa pedas yang menggigit.

Kuliner ini pertama kali dipopulerkan oleh Bu Narti, dan namanya diberikan oleh budayawan Cak Nun karena sensasi pedasnya seperti ledakan mercon. Versi kalengnya kini banyak diburu wisatawan karena tahan lama dan tetap menggugah selera.

6. Wedang Uwuh Instan, Hangatnya Tradisi dari Imogiri

Jika ingin oleh-oleh minuman tradisional, cobalah wedang uwuh instan. Minuman rempah asal Imogiri ini dikenal menenangkan dan kaya manfaat kesehatan.
Nama “uwuh” berarti “sampah”, karena bahan-bahannya berupa dedaunan dan rempah kering seperti jahe, kayu secang, dan cengkeh.

Kini, wedang uwuh tersedia dalam bentuk celup dan instan sehingga lebih praktis. Cocok diminum kapan saja untuk menghangatkan tubuh dan menjaga daya tahan.

7. Tiwul dan Gatot Instan, Rasa Tradisi dari Gunungkidul

Dua makanan khas Gunungkidul ini dulunya merupakan pangan pokok masyarakat saat musim paceklik. Terbuat dari singkong kering (gaplek), kini tiwul dan gatot hadir dalam bentuk instan agar tahan lama dan mudah disajikan.

Tiwul memiliki tekstur lembut dengan rasa manis alami, sementara gatot berwarna lebih gelap dan kenyal karena fermentasi. Keduanya cocok dinikmati bersama kelapa parut atau gula merah.

8. Mi Lethek Bantul, Warisan Kuliner yang Otentik

Mi lethek merupakan mi khas Bantul yang dibuat dari tepung singkong tanpa bahan pemutih, sehingga warnanya kusam atau “lethek”. Proses produksinya masih tradisional bahkan menggunakan tenaga sapi untuk memutar alat pres.

Mi ini telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda DIY sejak 2016. Teksturnya kenyal dan cocok diolah menjadi berbagai hidangan, dari mi goreng hingga mi godhog khas Jogja.

9. Coklat Monggo, Sentuhan Eropa dalam Balutan Jawa

Untuk pecinta cokelat, Jogja punya produk premium bernama Coklat Monggo. Didirikan oleh Thierry, warga Belgia yang jatuh cinta pada cokelat Indonesia, produk ini memadukan teknik Eropa dengan cita rasa lokal.

Varian rasanya unik mulai dari dark chocolate, jahe, hingga cabai merah dan rendang. Semua dikemas elegan menggunakan kertas daur ulang dengan sentuhan motif Jawa.
Selain enak, Coklat Monggo juga menjadi simbol kolaborasi budaya yang lahir dari tanah Jogja.

Jogja, Surga Kuliner yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu

Setiap oleh-oleh khas Jogja menyimpan cerita, dari kearifan lokal hingga inovasi modern. Dengan kemasan yang makin praktis dan higienis, wisatawan kini bisa membawa pulang rasa Jogja ke mana pun mereka pergi.

Jadi, sebelum meninggalkan kota ini, sempatkan mampir ke toko oleh-oleh dan pilih sendiri mana yang paling menggambarkan kenangan perjalananmu di Yogyakarta  karena di setiap rasa, ada sepotong kisah budaya yang hidup.

Ketik kata kunci lalu Enter

close