TSMlBUA7TprpTUG5BSGlTfA7GA==

Mengenal Aturan Ziarah dan Larangan di Makam Raja-Raja Imogiri Bantul

Mengenal Aturan Ziarah dan Larangan di Makam Raja-Raja Imogiri Bantul


Jogjaterkini.id - Kompleks Makam Raja-Raja Imogiri di Bantul menjadi salah satu situs sejarah paling prestisius yang merekam jejak panjang Dinasti Mataram hingga penerusnya di Yogyakarta dan Surakarta. Kawasan ini bukan sekadar lokasi pemakaman raja, tetapi juga simbol perjalanan budaya Jawa yang bertahan sejak abad ke-17.

Berada di Dusun Pajimatan, Kalurahan Girirejo, Kecamatan Imogiri, area pemakaman ini dibangun pada 1632 atas perintah Sultan Agung Hanyakrakusuma. Selain para raja, sejumlah kerabat dekat turut dimakamkan di kompleks ini, sehingga menjadikannya pusat genealogis bagi dua kerajaan besar: Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta.

Karena nilai sejarahnya yang tinggi, pengelolaan Makam Imogiri menerapkan aturan ketat. Pengunjung wajib memahami jadwal kunjungan, tata cara berpakaian, hingga daftar larangan yang diberlakukan demi menjaga sakralitas kawasan.

Struktur Kedhaton yang Sarat Makna Filosofis

Berdasarkan keterangan Pemerintah Kabupaten Bantul, kompleks ini memiliki delapan kedhaton atau astana. Kedhaton Sultan Agungan berada di bagian pusat dan menjadi poros utama, berisi makam Sultan Agung serta Amangkurat I. Sementara itu, Kedhaton Pakubawanan menampung makam Paku Buwono I, Amangkurat IV, hingga Paku Buwono II.

Tiga kedhaton di sisi timur diperuntukkan bagi raja-raja Kasultanan Yogyakarta, yaitu Suwargan, Besiyaran, dan Saptarenggo. Adapun tiga kedhaton di barat menjadi lokasi pemakaman raja-raja Surakarta, yakni Kasuwargan, Astana Luhur, dan Girimulyo.

Penempatan masing-masing kedhaton bukan tanpa alasan. Dalam pandangan budaya Jawa, timur dianggap lebih tua dibanding barat. Oleh karena itu, makam raja-raja Yogyakarta ditempatkan di sisi timur sebagai bentuk penghormatan.

Sebelum mencapai area utama, pengunjung harus menaiki ratusan anak tangga. Pada titik tengah pendakian terdapat masjid tua yang dibangun sejak masa Sultan Agung. Dari lokasi tersebut, perjalanan dilanjutkan menuju gapura utama yang membagi jalur ke kedhaton Yogyakarta di sisi kanan dan Surakarta di sisi kiri.

Aturan Berkunjung yang Wajib Dipatuhi

Untuk menjaga situasi tetap tertib, kunjungan ke Makam Imogiri dibatasi pada hari-hari tertentu. Situs ini hanya menerima pengunjung pada Senin, Jumat, dan Minggu dengan waktu yang telah ditetapkan:

  • Senin: 10.00–13.00 WIB

  • Jumat: 13.00–16.00 WIB

  • Minggu: 10.00–13.00 WIB

Di luar jadwal tersebut, makam hanya dibuka pada momentum tertentu, seperti 1 Sawal, 8 Sawal, dan 10 Besar dalam penanggalan Jawa. Khusus bulan Ramadhan, kawasan ini ditutup penuh.

Pada beberapa area sakral, pengunjung diwajibkan memakai busana adat yang telah disediakan. Pria harus mengenakan pranakan, sedangkan wanita memakai semekan. Pakaian tersebut menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur dan aturan adat yang masih dijaga hingga kini.

Selain itu, pengunjung diharapkan menjaga sikap, mengenakan pakaian sopan, serta memperhatikan keamanan barang pribadi demi kenyamanan bersama.

Larangan Selama Berada di Area Makam

Sebagai situs cagar budaya, Makam Raja-Raja Imogiri menerapkan sejumlah larangan untuk melindungi keaslian bangunan dan ketenangan pengunjung. Beberapa hal yang dilarang antara lain:

  • Membawa atau membunyikan radio, tape, maupun alat musik.

  • Mengenakan alas kaki saat memasuki kawasan tertentu.

  • Mengoperasikan alat komunikasi bagian dalam area yang telah ditentukan.

  • Membuat suasana gaduh.

  • Berjualan di dalam benteng makam.

  • Melakukan vandalisme, seperti mencoret atau merusak bangunan.

  • Mengganggu kegiatan ziarah atau kepentingan umum.

Dengan berbagai aturan serta tata kelola yang diterapkan, Makam Raja-Raja Imogiri bukan hanya destinasi sejarah, tetapi juga ruang pendidikan budaya yang memperlihatkan bagaimana tradisi Jawa dijaga lintas generasi. Bagi pengunjung, menaati seluruh ketentuan bukan sekadar kewajiban, tetapi bentuk penghormatan terhadap para leluhur Mataram yang mewariskan kekayaan sejarah bagi masyarakat hingga kini.


Ketik kata kunci lalu Enter

close