![]() |
| Sumber Gambar : Salsa Wisata |
Jogjaterkini.id - Pasar Beringharjo di Yogyakarta kembali menunjukkan eksistensinya sebagai pusat aktivitas ekonomi yang nyaris tak pernah redup. Setiap akhir pekan, arus wisatawan dan warga lokal memadati area pasar yang berada di kawasan strategis jantung Kota Jogja tersebut. Bukan hanya sekadar tempat transaksi, pasar legendaris ini telah lama menjadi ruang pertemuan budaya, ekonomi, dan sejarah yang berpadu dalam satu kawasan.
Terletak di Jalan Margomulyo Nomor 16, Ngupasan, Gondomanan, Pasar Beringharjo hanya berjarak beberapa ratus meter dari Titik Nol Kilometer dan berjejeran dengan koridor wisata Malioboro. Posisinya menjadikan pasar ini sebagai salah satu ruang publik paling ramai di Kota Pelajar, bahkan menjadi pintu gerbang bagi wisatawan yang ingin mengeksplorasi kawasan heritage pusat kota.
Jejak Sejarah Pasar Beringharjo: Dari Pasar Gedhe hingga Menjadi Ikon Kota Jogja
Sebelum dikenal dengan nama Beringharjo, kawasan ini telah lebih dulu menjadi pusat perdagangan sejak abad ke-18 dengan nama Pasar Gedhe. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I, pasar ini menjadi elemen penting dalam struktur kota tradisional Jawa, yang selalu menempatkan keraton, masjid, alun-alun, dan pasar sebagai satu kesatuan tata ruang.
Transformasi nama menjadi Pasar Beringharjo baru dilakukan pada 24 Maret 1929, sekitar 160 tahun setelah pasar pertama berdiri. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII, dibangunlah los-los pasar baru oleh Nederlandsch Indisch Beton Maatschappij untuk memperkuat fungsi Pasar Gedhe, sehingga kemudian mendapat nama baru: “Beringharjo”.
Secara etimologis, nama ini berasal dari kata “bring” yang merujuk pada pohon beringin—vegetasi yang dahulu mendominasi area tersebut—dan “harjo” yang berarti kesejahteraan dan ketenteraman. Filosofinya menggambarkan harapan agar pasar ini membawa keberkahan bagi masyarakat.
Makna Filosofi: Pilar Ekonomi dalam Konsep Catur Gatra Tunggal
Pasar Beringharjo bukan sekadar tempat jual beli. Dalam konsep Catur Gatra Tunggal, pasar menjadi aspek ekonomi yang melengkapi empat elemen penting kota Jawa: keraton sebagai pusat kekuasaan, masjid sebagai pusat religius, alun-alun sebagai ruang sosial, dan pasar sebagai pusat perekonomian.
Kehadiran pasar ini menegaskan peran pentingnya sebagai ruang yang menghubungkan kebutuhan ekonomi masyarakat sekaligus memperkuat struktur budaya dan interaksi sosial yang telah berlangsung turun-temurun di Kota Jogja.
Arsitektur dan Tata Ruang: Perpaduan Jawa dan Kolonial
Dari tampak luar, Pasar Beringharjo menampilkan gaya arsitektur khas perpaduan kolonial dan Jawa. Kawasan pasar terbagi menjadi dua bangunan utama: bagian barat dengan dua lantai dan bagian timur yang memiliki tiga lantai. Kedua bangunan dipisahkan oleh jalan penghubung yang mengarah ke Jalan Lor Pasar dan Jalan Pabringan.
Susunan kios yang tertata rapi menjadi ciri khas pasar tradisional Jawa yang dimodernisasi, sehingga memudahkan pengunjung menelusuri area batik, kuliner, hingga perlengkapan rumah tangga.
Jam Operasional: Bergantung Jenis Dagangan
Meski dalam pencarian digital tertera bahwa pasar buka pukul 08.30–21.00 WIB, kenyataannya aktivitas perdagangan di Pasar Beringharjo berlangsung jauh lebih dinamis. Banyak pedagang batik memilih membuka kios sejak pagi buta demi melayani wisatawan lebih awal, sementara penjual kuliner tradisional biasanya siap melayani pembeli sejak matahari terbit.
Dengan beragamnya ritme operasional, pasar ini memberikan fleksibilitas yang memudahkan pengunjung menyesuaikan waktu kunjungan.
Rekomendasi Belanja di Pasar Beringharjo
Beragam barang dijual di pasar ini dengan rentang pilihan yang sangat luas. Beberapa komoditas yang paling diminati pengunjung antara lain:
1. Batik Khas Jogja
Lantai satu pasar bagian barat menjadi pusat penjualan batik lengkap, baik dalam bentuk kain mentah, busana jadi, selendang, hingga aksesori. Motif tradisional hingga kontemporer tersedia dengan harga yang bersaing.
2. Pakaian Adat Jawa
Bagi yang membutuhkan busana adat untuk acara resmi atau pagelaran budaya, Pasar Beringharjo menyediakan surjan, beskap, kain lurik, kebaya, serta berbagai aksesori pendukung. Pedagang biasanya juga siap memberi saran bila pengunjung mengalami kesulitan memilih.
3. Kuliner Legendaris
Selain belanja, wisata kuliner di pasar ini tak boleh dilewatkan. Dua di antaranya yang populer yaitu:
-
Sate Kere Bu Suwarni
Kuliner berbahan jeroan sapi ini dijual dengan harga terjangkau dan dapat ditemukan di sisi kiri pasar. -
Soto Pites Mbah Galak
Terletak di lantai satu bagian timur, warung ini dikenal dengan soto sapi yang segar, gurih, dan memiliki cita rasa khas Jogja.
Selain itu, pengunjung juga bisa menemukan jamu herbal, kerajinan tangan, perabot rumah tangga, suvenir unik, hingga barang antik.
Kesimpulan
Sebagai pasar yang telah melewati perjalanan sejarah lebih dari satu abad, Pasar Beringharjo terus menjadi denyut nadi ekonomi bagi warga Jogja sekaligus magnet wisata yang tak pernah kehilangan daya tarik. Dari batik hingga kuliner, dari filosofi tata kota hingga jejak arsitektur, pasar ini memadukan banyak nilai budaya yang membuatnya tetap relevan di tengah modernisasi.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan kehidupan lokal autentik Jogja, Pasar Beringharjo adalah destinasi yang wajib masuk daftar kunjungan.

